Aku menaruh hati.
Kamu mengambilnya,
membawanya ke mana pun kamu pergi. Seakan lupa bahwa ragaku masih di
sini. Tak pernah terbawa. Perlahan, aku mulai menyadari bahwa aku adalah
raga yang terabaikan.
Yang selalu kamu bawa itu adalah hati
milikku. Boleh aku memintanya kembali? Agar aku dapat menata ulang
hatiku. Mengobati luka-luka yang tergores di sana.
Yang selalu kamu bawa itu adalah hati mil...ikku. Meski aku terabaikan olehmu. Meski tak ada kata sapa di antara kita. Meski semua telah berlalu dengan sendu.
Untuk terakhir kalinya, bolehkah kuminta hatiku kembali?
Aku ingin menaruh hati lagi. Walaupun terjatuh lagi. Hatiku terbawa lagi. Berdebar lagi, bahkan terabaikan lagi.
Namun bukan lagi denganmu
...
boleh?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar